Saterdag 27 Julie 2013

Ketika Hawa Nafsu Menjadi tuhan

Mataharinews.com, Jakarta – Dinamika kehidupan yang identik dengan perpindahan/perubahan sosial, acapkali melelahkan seraya memaksa setiap orang untuk harus selalu jeli membawakan serta tepat dalam menempatkan diri, agar tidak terjebak pada kemerosotan moral atau pola hidup yang terlepas dari kendali iman Islam yang seiring dengan ukhuwah silaturahmi.


Hidup pada hakekatnya adalah sebuah perantauan. Dimana didalamnya terdapat kewaspadaan, keburukan, kebaikan, pahala, dosa dan sebagainya yang tindih menindih hingga menjadi sebuah proses yang dinamis. Begitulah kurang lebihnya yang dapat ditangkap dari ceramah yang disampaikan oleh Drs. H. Risman Muchtar pada acara pengajian ‘Simabu Ilie’ yang diadakan di ruang pertemuan Restoran Sederhana Manggarai, Jakarta, Minggu (17/03/2013).
H. Risman Muchtar yang biasa disapa dengan sebutan Buya menyampaikan, bahwa semua amal ibadah di dunia yang dikerjakan dengan ikhlas tapi tidak benar, tidak akan diterima olehNYA, begitupun sebaliknya, semua amal yang dikerjakan dengan benar tapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima. Oleh karena itu, kalau ingin amal ibadahnya diterima Allah, ikhlas dan benar harus bersatu dalam amal ibadah.
Selain itu, Buya yang juga aktif di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta ini juga menyampaikan, semua amal ibadah yang dikerjakan harus didasarkan karena Allah SWT semata dan dijalankan menurut tuntunan al-Quran dan Sunah.
Lebih jauh menurut Buya, bahwa Ikhlas itu hanya akan lahir dari ke-tauhid-an. Dengan kata lain, ikhlas itu karena yang satu untuk yang satu. Kita berbuat karena Allah, kita lakukan karena Allah untuk mencapai ridho Allah. Keikhlasan itu hanya bisa terlahir dari tauhid yang murni, dari aqidah yang bersih.
Pada bagian lain, Buya menegaskan bahwa kemusryikan, kekufuran, kemunafikan tidak akan mampu melahirkan keikhlasan. Untuk itu, kalau ingin ikhlas, bersihkan tauhid dari segala bentuk kemusyrikan baik kecil maupun yang besar.
Pada pengajian ‘Simabu Ilie’ yang berada dibawah payung Datuk Ponomarajo yang sudah dimulai sejak tahun 1982 di Cilandak, Jakarta, Buya menandaskan agar tidak berlaku syirik karena sekecil-kecilnya perbuatan syirik dosanya tetap besar dan syirik yang seringkali tidak disadari adalah men-syirikan Allah dengan diri sendiri.
“Penjelasannya dalam al-Qur’an perihal syirik yang besar adalah , tahukah Engkau wahai Muhammad, orang yang mengambil, menjadikan hawa nafsunya sebagaiKu (Tuhan),” tegas Buya
Pengajian bulanan ‘Simabu Ilie’ yang dipenuhi oleh anak kemenakan Datuk Ponomarajo dan terbuka untuk umum ini juga mendatangkan drg. H. Zulkifli Nasution dari Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). H. Zulkifli mendapat kesempatan untuk bicara masalah kesehatan gigi.
Pada ceramah kesehatannya, H. Zulkifli menandaskan secara rinci tentang pentingnya merawat lidah dan gigi secara benar karena pengaruhnya sangat besar bagi kesehatan. Selain itu, hal ini juga merupakan amalan Rasulullah. Menurutnya Rasulullah merawat giginya dengan menggunakan siwak yang terbukti sangat cocok untuk perawatan gigi tanpa efek samping apapun.
“Untuk itu, perawatan gigi itu sudah harus ditanamkan sejak anak-anak karena kesehatan gigi itu sangat vital,” terang Kolonel (purn) angkatan udara ini.(ep)

 

0 opmerkings:

Plaas 'n opmerking